Santet Banyuwangi Hiiii... atuuut.!!!! Saya sangat sadar ada kekhawatiran di hati anda, pembaca budiman. Memang santet Banyuwangi itu ada. Bahkan mungkin masih hidup lestari. Dilestarikan dengan tanda kutip. Sewaktu saya usia 18 tahun, setelah lulus SMA, saya tidak langsung kuliah. Karena itulah saya ikut belajar bekerja mencari nafkah seperti apa. Saat bekerja saya kenal berbagai teman. Teman yang baik, yang sopan, yang emosional, yang sabar, dan banyak lagi yang lainnya. Suatu waktu saat istirahat, salah seorang teman berkata, "Lihat dan amatilah warung itu. Nanti, besok, hingga lusa. Ya. Lihat saja!". Demikian katanya mengiringi persiapan para kuli pulang. Besok paginya saya datang kembali bekerja seperti biasa. Warung yang diminta teman, saya amati. Biasa saja, warungnya buka. Saya sendiri jarang belanja waktu bekerja. Prihatin memang. Upahnya kan cuma 6ribu sehari. Kembali ke warung, ya.. Warung tetap saya amati, masih buka. Jam 8, jam 9, jam 10, saya tetap amati. Masih buka, orangnya ada di dalam, kadang-kadang keluar memanggil anaknya yang masih kecil bermain. Yang aneh, adalah tak satu pun pembeli datang. Orang orang sekitar hanya lewat. Seolah tak ada warung. Padahal isi warung penuh, dan nampak dari luar dengan jelas. Sampai berlalunya waktu, saya tetap memperhatikan warung itu, hingga waktu istirahat siang. Tetap tak ada pembeli mau belanja di situ. Akhirnya saya tak memperhatikan lagi karena mendapat bagian kerja di tempat lain yang jauh dari warung kecil itu. Esok harinya, saya tak lagi memikirkan ocehan temanku, karena pekerjaanku membutuhkan tenaga lebih. Bahkan saya hampir lupa tentang omongan teman tentang warung kecil. Hari ketiga, setelah istirahat siang, saya kembali bekerja di dekat warung, karena sore harus selesai. Saya masih ingat mengamati warung itu lagi, bahkan pemiliknya memberi kuli kuli sepiring pisang goreng dan es teh. "Baik sekali", pikirku. Tapi, apatah kata, sampai sore, menjelang waktu kerja habis, tak terlihat ada pembeli datang ke warung. Kasihan juga. Saat beres-beres peralatan kerja, saya dekati teman saya yang sebelumnya meminta saya memperhatikan warung kecil itu. "Sudah kamu amati warung itu?" katanya sebelum saya tanya. "Sudah, tak ada pembeli yang datang," jawab saya. Kemudian dia minta saya belikan roti ke warung itu dengan uangnya. Tidak boleh diganti dengan uang saya atau uang lainnya. Pikir saya, ada yang aneh ini. Dan pergilah saya membeli roti dengan uangnya. Setelah beli, rotinya diminta temanku itu, lalu membuangnya ke selokan. Aneh. Saya pun bertanya ada apakah ini? Dia pun bercerita bahwa sebelum dia suruh saya mengamati itu, dia sempat membeli rokok sebatang, tetapi uang kembaliannya dilemparkan ke atas tumpukan roti di bagian depan. Dia pun marah, tapi karena ingin memberi pelajaran kepada pemilik warung, dia menggunakan ilmunya hingga tiga hari itu warung dibuat sepi. Mungkin kalau masih belum dilepas ilmunya, warung itu akan bangkrut. Katanya bercerita. Sekarang bagaimana? Saya malah disuruh melihat sendiri. Karena penasaran, saya coba lihat, eh.. Ada 3 sampai 4 orang antri membeli. Itulah sekelumit cerita santet yang pernah dilakukan temanku. Saya sendiri belum tahu bagaimana caranya? Dan tak pernah ingin tahu tentang itu. Wallahu a'lam.. Semoga dapat diambil hikmahnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)