twitter
rss

Cerita Legenda Watu Dhodhol Dahulu Kala pada jaman penjajahan Belanda Residen Schophoff membuat jalan yang akan menuju Panarukan dari Banyuwangi, Namun jalan itu terkendala oleh adanya bukit Belanda menerapkan sistem tanam paksa dan kerja rodi untuk seluruh rakyat Banyuwangi, karena kasihan melihat rakyatnya sengsara, Kemudian Tumenggung Wiroguno I /Mas Alit membujuk kepala Residence Besuki untuk meringankan beban rakyat Banyuwangi dan muncullah gagasan dari pemerintah Belanda jika Mas Alit mampu memotong/membongkar Gunung di sebelah timur Banyuwangi sehingga dapat menyatukan akses jalan utara dan selatan maka rakyat Banyuwangi akan mendapat keringanan. Kemudian Mas Alit mengadakan sayembara kepada masyarakat siapa saja yang bisa membuat jalan tembus melewati bukit akan diberi hadiah berupa tanah dari bukit batu itu ke selatan sampai daerah Sukowidi. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu begitu saja, sayembara dari Tumenggung Wiroguno I tidak ada yang bisa menyanggupi tantangan tersebut. Sampai pada suatu ketika sang Tumenggung ingat akan penasehatnya dulu yang bernama Ki Buyut Jaksa. Ki Buyut Jaksa adalah seorang sakti bekas penasehat Tumenggung Wiroguno I yang menyendiri di pinggiran bukit Boyolangu. Di pengasingan Ki Buyut Jaksa mengangkat anak bernama Nur Iman. Nur Iman adalah anak dari Lemani yang menemani Ki Buyut Jaksa di pengasingan. Singkat cerita Tumenggung Wiroguno I berhasil membujuk Ki Buyut Jaksa untuk membantu membuat jalan melewati bukit batu. Ki Buyut Jaksa dengan bantuan Jin beserta anak buahnya dan dipimpin oleh anak angkatnya Nur Iman berhasil membuat jalan melalui bukit batu tersebut. Bantuan dari bangsa Jin ini tentunya tidak gratis, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: 1.Jangan mendodol batu diluar batas yang diberi tanda oleh bangsa Jin. 2.Sisakan seonggok batu untuk duduk di pinggir pantai. 3.Minimal setahun sekali, Ki Buyut Jaksa dan anak cucunya harus menyambangi tempat ini. Oleh karena itu tempat wisata tersebut diberi nama Watu Dhodhol, “Dhodhol” adalah bahasa Jawa yang artinya dalam bahasa Indonesia “bongkar”, sedangkan “Watu” artinya “Batu”. Setiap tanggal 10 Syawal masyarakat Boyolangu selalu berbondong-bondong pergi ke Watu Dodol menggunakan dokar – Kereta yang ditarik oleh kuda. Peristiwa tahunan ini disebut tradisi “Puter Kayun”. Terlepas dari legenda yang ada, pantai Watu Dodol layak dijadikan alternatif bagi masyarakat yang ingin berwisata di Banyuwangi. Watu Dodol sangat indah, kita dapat melihat Pulau Bali , Dari pantai. Ada air tawar yang dekat pantai seperti sungai kecil. Air ini tidak asin meskipun sangat dekat dan bercampur dengan air laut (yang asin), tidak ada rasa asin dalam air ini. -------------------------------------------------------------------------- Cerita Legenda Watu Dhodhol Versi Lain "Dahulu Kala pada jaman penjajahan Belanda, Banyuwangi dipimpin oleh seorang Bupati Tumenggung Wiroguno I / Mas Alit. Belanda menerapkan sistem tanam paksa dan kerja rodi untuk seluruh rakyat Banyuwangi, karena kasihan melihat rakyatnya sengsara, Kemudian Tumenggung Wiroguno I /Mas Alit membujuk kepala Residence Besuki untuk meringankan beban rakyat Banyuwangi dan muncullah gagasan dari pemerintah Belanda jika Mas Alit mampu memotong/ membongkar Gunung di sebelah timur Banyuwangi sehingga dapat menyatukan akses jalan utara dan selatan maka rakyat Banyuwangi akan mendapat keringanan. Setelah itu Mas Alit memerintahkan para punggawanya untuk memberi tahukan siapa saja yg mampu membolong/ membongkar gunung tsb. maka akan diberi hadiah sebuah tanah dan diberi upah yang cukup besar. Namun berselang sudah berbulan bulan tiada hasilnya kemudian Mas Alit dimimpikan Sinuhun Gusti Prabu Tawang Alun untuk mencari seseorang di daerah Boyolangu bernama ki Ajar Seketi. Lantas diperintahkanlah Singo Latren dan Singo Dimayan untuk mencari orang itu, tapi setelah bertemu sang Ki Ajar enggan menerima permintaan dari Mas Alit hingga berulang ulang kali utusan dari Kadipaten datang kesana dengan tidak membawa hasil sama Sekali. meski hadiah dilipatgandakan. Pada saat yang terakhir kalinya Mas Alit datang langsung kesana dan meminta langsung kepada Ki Ajar, meski mulanya tetap dalam pendiriannya akhirnya Ki Ajar menyetujuinya tapi bukan dia yg akan berangkat melainkan putranya. Senanglah hati Mas Alit meski hanya putranya Ki ajar yg akan berangkat. Setelah kepergian rombongan Mas Alit, dipanggillah putra ki Ajar " lek, siro saiki netepi kewajiban iro kudu ngabdi nong negoro ikai. Budalo nong kadipaten ambi ikai gowonen (sambil memberikan sebatang lidi) "Pemuda tsb Berkata " enggeh pak, hun pamit budal" Singkat cerita berangkatlah pemuda itu di gunung yang akan dibongkar, disaksikan Bupati Mas Alit beserta punggawa dan tuan Residence Besuki serta para warga semua. Sang pemuda mengheningkan cipta sambil menenangkan hati dan pikiran hingga raganya tiba di suatu kerajaan Raksasa gunung tersebut maka bertarunglah pemuda itu meski awalnya dia terluka, namun saat pemuda tsb mengeluarkan lidi tersebut, seluruh para raksasa merasa ketakutan dan tunduk kepada pemuda tsb hingga raja raksasa berkata "wahai tuanku maafkan saya, saya tak tahu jika tuan yg datang" Pemuda "aku disini ingin membongkar gunung ini untuk kesejahteraan bangsaku jadi pindahlah kalian semua dari sini" Raja raksasa "haaaa...duhai tuanku akan berpindah kemana kami? Inilah saja tempat kami tuanku" Pemuda " terserah entah ke mana, aku akan memindahkan kalian ke Purwo dan sebagian di baluran " Raja Raksasa "Baiklah tuanku jika itu kehendak tuanku, tapi saya punya syarat" Pemuda "apa syaratmu?" Raja raksasa "tolong mahkota dan istana ini jangan dibuang tuanku maka sisakanlah gundukan batu di tengah jalan kalian" Pemuda "baiklah aku kabulkan permintaanmu" setelah itu pemuda tsb kembali ke jasadnya Setelah itu pemuda tersebut menusukkan lidinya di satu gundukan sambil berkata "di dekat lidi ini jangan dipotong atau dibuang jika kalian mencangkul keras berarti sampai di situlah kalian berhenti". Maka setelah itu di”dhodol”lah gunung penghalang tadi hingga menyisakan gundukan keras batu di tengah jalan sebagai syarat yg diajukan oleh raja raksasa tsb "

0 komentar:

Posting Komentar